Jumat, 31 Oktober 2008

ANEH : Sumber Air Tapi Susah Air


(sumber air pemandian Tapan)

Beberapa tahun lalu,saya pernah menulis di Radar Tulungagung, bahwa Trenggalek adalah Indonesia kecil. Lho,apa itu? Maksud saya begini. Apa-apa yang terjadi di Indonesia terjadi juga di Trenggalek. Setiap isu yang berkelebat di Indonesia besar juga ada di Indonesia kecil yang bernama Trenggalek itu. Jika Indonesia punya aneka lokasi wisata yang hebat macam Bali,Jogjakarta dan lain-lain,maka Trenggalek juga punya pantai Prigi,pantai Pelang maupun goa Lowo di Watulimo. Jika di Indonesia marak kasus korupsi,nampaknya di Trenggalek juga tidak jauh-jauh amat.Bedanya, di Indonesia ada KPK, di kota kecil Trenggalek yang ada hanya LSM lokalan yang amat kokoh memegang KUHP itu ….he..he..
Nah,jika di Indonesia saat ini dibilang kaya akan BBM, tapi justru BBM harganya kian meroket saja. Saat ini katanya kita kaya akan produk agraris, tapi tetap saja susah mencari pangan yang murah. Nah, inilah yang juga terjadi di bumi Trenggalek.Insya Allah saya tidak sedang berteori, tapi ini hanyalah ungkapan kenyataan dan pengalaman lapangan saja.

Beberapa waktu lalu,saya berkunjung ke desa Dompyong dan Boto Putih di Kec.Bendungan. Dua desa ini adalah desa paling utara di kec.Bendungan dan sekaligus paling utara dari Kabupaten Trenggalek. Hutannya masih lumayan lebat,banyak tanaman tumbuh, burung-burung pun masih bisa terbang bebas di sela-sela ranting. Jika engkau seorang penyair, yakin saya, akan banyak puisi lahir ketika engkau berada di Bendungan. Kalau aku ? Sayang sudah terlalu tua untuk jadi penyair…he..he..

Disini,ada daerah yang dikenal dengan Simbarwangi, sebuah kawasan yang dulu dipakai sebagai sentra perkemahan pramuka. Wilayah ini sekarang dibawah pengelolaan Perhutani. Dulu sih termasuk tanah egendom,tinggalan Belanda. Nah,di kawasan ini ada sumber air yang besar sekali, yang diambil oleh PDAM untuk air bersih orang orang di kota. Kemudian di sebelah utara,ada sumber air lagi yang namanya sumber air Mbayong.

Tapi,sayang sekali.Di desa Dompyong dan desa Boto Putih pada khususnya dan Bendungan pada umumnya, rakyat susah untuk mendapatkan air yang siap saji. Ada sih air,tapi ngambilnya ndak praktis.Ada yang harus jalan kaki sekian puluh meter. Waktu saya mau ambil air wudhu,saya harus melintasi 3 rumah di samping masjid. Wah, ini jelas tidak beres.Air melimpah, eh,warga ndak bisa ngambil.Kebijakan PDAM yang setengah bisnis oriented itu, justru lebih berpihak pada orang-orang kota yang jauh. Padahal, denger-denger, ada duit baru ngucur lebih dari Rp 20 M untuk PDAM….!!

Kasihan sekali warga Bendungan.Mereka merelakan sumber air di daerahnya untuk orang-orang kota. Sementara mereka sendiri kesulitan air. Waduh, gimana ya solusinya? Kalau mengadvokasi kebijakan publik yang pro Bendungan, rasanya payah juga. Soalnya,bagi para legislator dan birokrat,barangkali saja nggak menarik. Biasa. Ndak ada nilai projectnya…he..he.. Setidaknya, saya sudah ada pengalaman beberapa kali soal itu.

Ketimbang gembar-gembor, advokasi,demo,yang sering gak didengar mereka, lebih baik putar otak untuk memberi solusi praktis mereka. Alhamdulillah,saat ini saya dan kawan-kawan sedang mengupayakan program air bersih untuk warga Bendungan.Kita coba carikan funding dari Konjen Jepang di Surabaya.Jika ini gol, maka setidaknya program akan bisa menyediakan air bersih buat 2000 KK.Lumayan kan? Tapi ini masih survey, semoga bisa realisasi tahun depan. Mohon doa dari para netter sekalian.

*Dikutip dari mulyonoibrahim.com/2008/10/25/aneh-sumber-air-tapi-susah-air/

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda